Monday 26 September 2016

Gempur Aleppo, Rusia Disebut "Barbar"

Tags

Yogyakarta,(rumah-news.blogspot.com)--Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Samantha Power, menyebut Rusia melakukan tindakan barbar dengan mendukung gempuran serangan udara di Aleppo yang diluncurkan oleh pasukan pemerintah Suriah, usai gencatan senjata berakhir pada awal pekan lalu. 






Solusi diplomatik nampaknya sulit untuk menghentikan pertempuran di Suriah, utamanya setelah perundingan alot para diplomat AS dan Rusia di rapat Dewan Keamanan PBB menemui jalan buntu. Perang pun kembali berkecamuk setelah gencatan senjata usai pada Senin (18/9) lalu. 


Pasukan rezim Bashar al-Assad berambisi merebut kembali Aleppo dari kelompok pemberontak yang menguasai sejumlah wilayah di sana. Akibatnya, pasca gencatan senjata berakhir, Aleppo terus digempur oleh pasukan Suriah yang kini mencapai posisi terkuat mereka berkat dukungan Rusia dan Iran. 

Pada akhir pekan kemarin saja, CNN melaporkan kota itu dibombardir oleh 200 serangan udara. Hujan bom di kota itu dilaporkan menewaskan 85 orang dan melukai 300 lainnya. Mengutip laporan kelompok pemerhati HAM anak, Save the Children, The Guardian melaporkan bahwa hampir setengah dari korban tewas dan terluka merupakan anak-anak. 

"Apa yang didukung dan dilakukan Rusia bukanlah upaya kontraterorisme, melainkan tindakan barbar," ujar Power di hadapan 15 anggota DK PBB pada pertemuan yang berlangsung Minggu (25/9). 

"Bukannya mendukung upaya perdamaian, Rusia dan Assad menciptakan perang. Bukannya membantu menyalurkan bantuan kepada warga sipil, Rusia dan Assad mengebom konvoi kemanusiaan, rumah sakit dan para sukarelawan yang rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan warga," tutur Power, dikutip dari Reuters. 

Pernyataan Power senada dengan komentar dari Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon yang menyatakan dia "terkejut" dengan eskalasi militer di Aleppo yang terkepung dan menilai bahwa hujan bom dari serangan udara di daerah padat penduduk ini merupakan kejahatan perang.

Kejahatan perang 

Pernyataan Power itu didukung oleh sejumlah menteri luar negeri, utamanya dari Perancis dan Inggris, yang menilai Rusia bisa disebut bersalah atas kejahatan perang yang dilakukan di Suriah. 

"Bom yang mampu menembus bungker, yang lebih cocok untuk menghancurkan instalasi militer, kini menghancurkan rumah, menghantam tempat berlindung serta melumpuhkan, mencederai dan menewaskan ratusan warga sipil," kata Matthew Rycroft, duta besar Inggris untuk PBB, dikutip dari The Guardian. 

"Amunisi yang mampu membakar ditajuhkan sembarangan, menghantam wilayah-wilayah sipil. Sekali lagi, Aleppo berkobar. Dan di samping semua itu, pasokan air yang sangat penting untuk jutaan orang, kini ditargetkan," ujarnya. 


Rycroft menyebut bahwa "sangat sulit menampik bahwa Rusia bekerja sama dengan rezim Suriah untuk meluncurkan kejahatan perang."

Rycroft beserta perwakilan AS dan Perancis kemudian memutuskan untuk keluar dari ruangan ketika perwakilan pemerintah Suriah mulai berbicara pada pertemuan itu, sebagai tanda protes atas serangankan pengeboman yang diluncurkan rezim.

Di kesempatan lain, Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, juga mengatakan, "Rezim Putin tidak hanya memberikan senapan kepada Assad, dalam beberapa kasus [Rusia] juga turut menembakkan senapan itu. Rusia sebenarnya terlibat."

Sementara itu, Rusia menampik tuduhan tersebut. "Di Suriah, ratusan kelompok bersenjata dipersenjatai, sejumlah wilayah dibom tanpa tanpa pandang bulu, dan menciptakan perdamaian hampir mustahil sekarang karena ini," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin. 

CNN.


EmoticonEmoticon